1. Buku Teks
Buku Teks mencakup
dua hal yaitu
a.
Bupel
(buku pelajaran) dibagi menurut kelas
-
PAUD, SD, SMP, SMA, SMK
-
Buku Latihan
b.
Buperti
(buku perguruan tinggi)
-
Buku Eksak
Contohnya, buku kedokteran, MIPA, Informatika,
Pertambangan dsb.
-
Non Eksak
Contohnya, Ekonomi, Filafat, Hukum, pikologi, dsb
2.
Buku Non Teks
Buku Non Teks
mencakup 2 hal yaitu
a. Buku Fiksi
Contoh, Komik, Novel, satra, dsb
b. Buku Non Fiksi
Contoh, umum popular, agama, computer internet, dsb.
Dalam membuat sebuah buku, boleh menggunakan beberapa cara, sesuai dengan selera. Misalkan
-
Satu buku ditulis oleh satu penulis
-
Satubuku buku ditulis oleh lebih dari satu
penulis
-
Satu buku yang diterbitkan oleh kerjasama dengan
banyak lembaga
-
Satu buku yang diterbitkan kerjasama antara penerbit
dengan lembaga khusus
-
Satu buku ditulis konsorsium penulis. Semacam buku
antologi.
Kedua, Kirimkanlah Naskah yang pasti laku di pasaran.
Penerbit itu adalah lembaga profitable artinya lembaga
atau perusahaan yang mencari keuntungan guna bertahan hidup, membayar
karyawan, perawatan peralatan dsb. Jadi jika ingin naskahnya diterbitkan oleh
penerbit mayor, seorang penulis harus memperhatikan peluang pasar dan
menetapkan tujuan yang jelas.
Jika ada satu buah proyek buku siapakah yang mendapat keuntungan paling besar ? lebih sederhana dipaparkan bahwa toko buku keuntungannya bisa sampai 30-40 %, penulis 5-10 %, biaya ongkos produk, promosi, dll. maka penerbit hanya dapat sisa keuntungan sekitar 2-3 %. Itupun dengan menanggung resiko jika buku tidak laku, maka kerugian ditanggung oleh penerbit.
Ekosistem Penerbitan terdiri dari 4 bagian
1. Penerbit,
contohnya Penerbit Andi
2. Penyalur,
contonya toko buku
3. Pembaca,
target pasar
4. Penulis
[ Mengapa budaya literasi Indoneisa kalah dengan Negara-negara lain ? Penyebabnya adalah
1.
Minat baca rendah
Orang Indonesia
lebih suka menonton dari pada membaca, oleh karena itu TV, Youtube sangat laris di
Indonesia.
2.
Minat Tulis kurang
Orang Indonesia
lebih suka mengobrol daripada menulis. Jika mengobrol meskipun seharian kuat, namun jika sudah diberi tugas menulis, maka akan terpatah-patah
tulisannya. Orang yang minat bacanya
tinggi, maka ia akan bisa menulis dengan baik.
3.
Apresiasi Hak cipta
Di Indonesia Apresiasi terhadap hak cipta seseorang sangat minim sekali. Buku-buku yang laris dipasaran dengan cepat akan dibajak dan diedarkan pada publik melalui email, WA dsb. Mental dan budaya orang indonesia perlu dibenahi agar lebih menghargai hasil karya orang lain.
Penulis yang sudah mempunyai naskah cukup mengirimkan kepada penerbit. Penerbit akan menilai dengan kriteria tulisan tersebut akan menguntungkan apa tidak bagi penerbit. Jika menguntungkan penerbit, maka penerbit akan menyurati penulis yang menyatakan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan menjadi sebuah buku serta meminta penulis untuk mengirimkan softcopy serta menandatangani surat perjanjian. selanjutnya diproses tingkat awal yaitu pengeditan dan penyetingan oleh penerbit. Pada tahapan berikutnya yaitu membuat cover dan dami (buku cetakan hanya satu yang menyerupai buku asli yang akan dicetak) dikirimkan kepada penulis untuk koreksi akhir (proof) agar tidak terjadi kesalahan yang fatal setelah dicetak Film. setelah dikoreksi dikembalikan kepada penerbit untuk cetak Film dan diedarkan ke seluruh indonesia.
Keempat, memilih penerbit yang baik untuk menerbitkan buku.
Point utama dalam memilih penerbit
yang baik adalah penerbit tersebut harus
mempunyai jaringan pemasaran nasional serta jujur dalam pembayaran royalty
kepada penulis. Di bawah ini ciri-ciri penerbit yang baik dan penerbit yang
perlu di waspadai.
Ciri-ciri penerbit yang baik
1. Memiliki
visi dan misi yang jelas
2. Memiliki
business core lini produk tertentu
3. Pengalaman
penerbit
4. Jaringan
pemasaran
5. Memiliki
percetakan sendiri
6. Keberanian
mencetak jumlah eksemplar
7. Kejujuran
dalam pembayaran royalti
Adapun ciri-ciri penerbit yang
perlu diwaspadai adalah
1. Hanya
bertindak sebagai broker naskah
2. Alamat
tidak jelas
3. Tidak
ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik
4. Tidak
memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri
5. Tidak
memililki percetakan sendiri
6. Prosentase
royalty tidak wajar
7. Laporan
keuangan tidak jelas
Kelima, sistem Penilaian di
Perbitan.
Agar diterima naskah oleh
penerbit mayor, maka perlu memperhatikan bobot dalam penilaian penerbitan,
terutama dalam peluang potensi pasar bisa mencapai 50-100%. Setelah itu reputasi
penulis antara 10-100%. Keilmuan berbobot 30% dan yang
paling rendah adalah editor berbobot 10%.
Keenam, Kategori Naskah yang akan
diterbitkan
-
Tema tak populer –penulis populer
-
Tema tak popular – penulis tak popular
-
Tema Populer – penulis tak popular
-
Tema popular – penulis popular
Kategori yang keempat adalah
kategori yang paling disukai oleh penerbit, yaitu Tema Populer dan Penulis Populer. Namun bagi penulis pemula
janganlah berkecil hati. Agar tulisannya dipilih oleh penerbit mayor, maka
pilihlah tema yang popular. Bagaimana cara agar kita mengetahui tema itu
popular ?... yaitu dengan menggunakan aplikasi Google Trends.
Dari Google Trends kita bisa
mengetahui apakah tema yang kta punya sudah popular atau tidak. selain itu pemasaran
terbanyak dapat diketahui juga karena minat dari masing-masing daerah berbeda.
Hal ini sangat membantu dalam penentuan eksemplar buku yang akan dicetak dan
dipasarkan.
selain hal tersebut di atas yang
tak kalah pentingnya perlu diperhatikan kwadran kategori naskah . Biasanya
penerbit mayor menyukai ”market lebar dan life cyclenya panjang”
misal seperti kamus, ensklopedia. sedang bagi penulis pemula yang baik untuk
diikuti adalah “market lebar dan life cycle pendek” seperti buku-buku
teknologi. Sedangkan kwadran yang lain yaitu “market sempit dan life cycle
panjang” juga “market
sempit dan life cycle pendek”
Kategori Penulis yaitu
1.
Penulis
berfikir idealis
Biasanya penulis
idealis tidak begitu memikirkan kebutuhan pasar, yang dipikirkan kesempurnaan
karya sehingga imbalan finansial tidak begitu diperhitungkan juga penulis tidak
suka ada campur tangan pihak lain.
2.
Penulis
berfikir industrialis
Penulis sangat
memperhatikan kebutuhan pasar, imbalan financial adalah tujuan utamanya. Jika
ada intervensi dari pihak lain diterima dengan lapang dada dan produktivitas
lebih didahulukan daripada kesempurnaan karya.
3.
Penulis
berfikir idealis-industrialis
Penulis tetap memperhatikan
kebutuhan pasar, namun punya karakter sendiri. Kokoh pendirian dengan tetap
mempertimbangkan masukan dari pihak lain. Imbalan financial tetap diharapkan
dengan memperhatikan kualitas. Jadi antara karya dan produktifita menjadi seimbang.
Nah, kategori inilah yang disukai oleh penerbit mayor.
Kadangkala penerbit juga dibenturkan
pada level materi dan lebar pasar . Jika jumlah konsumen sedikit dan jumlah
penulis sedikit disebut Advance. Pada
level tengah yaitu jumlah konsumen sedang/ menengah dan jumlah penu[lis juga
sedang atau menenngah maka diebut Intermediate. Sedangkan level yang paling lebar yaitu
Beginner
jika jumlah konsumen besar dan jumlah penulis juga besar.
Kiat dan saran bagi penulis yang
ingin diterbitkan bukunya oleh penerbit mayor yaitu menulislah buku yang memang
dibutuhkan oleh masyarakat dijaman sekarang, hindari plagiasi dan perhatikan
kualitas buku.
Salam literasi
Siti chotijah
Resume ke 12
Gelombang 18
Tema Penerbit Mayor
Nara sumber Bapak Joko Irawan Mumpuni
1.
Komentar
Posting Komentar