MENULIS BUKU YANG DITERIMA PENERBIT MAYOR


Makna penting dari sebuah penerbitan adalah mendukung dan mengembangkan ide penulis kemudian mempersiapkannya ke dalam sebuah buku yang siap dikonsumsi publik.

Seorang penulis haruslah mengenal apa itu penerbit, karena nantinya penerbitlah yang akan mengapresiasi dan menjadi rekan dalam melesatkan karya seorang penulis. Pada kesempatan belajar menulis gelombang 18 pertemuan ke 12 kali ini mengusung tema MENULIS BUKU YANG DITERIMA PENERBIT oleh nara sumber yang keren dan profesional yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni dari PENERBIT MAYOR. Beliau merupakan Direktur Penerbit ANDI, Ketua I, IKAPI DIY , Penulis buku, bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP. 

Ketika seorang penulis sudah mulai menghasilkan tulisan dan tidak diterima oleh Penerbit maka pekerjaannya akan setengah sia-sia. Mengapa demikian? Karena penulis hanya akan menerbitkan sendiri tulisannya dengan mengeluarkan biaya cetak sendiri. Lain halnya jika tulisanya bisa menembus penerbit mayor, maka hal itu akan dianggap sebagai keberhasilan yang akan diraih oleh seorang penulis. Penulis tidak akan dibebani biaya cetak bahkan akan mendapatkan keuntungan-keuntungan lain selain royalty. Untuk mengenal lebih jauh tentang dunia penerbitan, marilah kita kenali terlebih dahulu mekanime kerja sebuah Penerbit.

Pertama, perhatikan kategori buku yang akan dipilih penulis
Produk Buku di Pasar sangat luas sekali. Penulis harus melihat cakupan pasar yang ada. Target apakah yang akan dipilih oleh seorang penulis. Perlu diketahui beberapa kategori buku yang lazim dipasar adalah terbentuk seperti diagram di bawah ini


Buku di pasar dibedakan menjadi 

1.       Buku Teks

Buku Teks mencakup dua hal yaitu

a.       Bupel (buku pelajaran) dibagi menurut kelas

-          PAUD, SD, SMP, SMA, SMK

-          Buku Latihan

b.      Buperti (buku perguruan tinggi)

-          Buku Eksak

Contohnya, buku kedokteran, MIPA, Informatika, Pertambangan dsb.

-          Non Eksak

Contohnya, Ekonomi, Filafat, Hukum, pikologi, dsb

2.       Buku Non Teks

Buku Non Teks mencakup 2 hal yaitu

a.       Buku Fiksi

Contoh, Komik, Novel, satra, dsb

b.      Buku Non Fiksi

Contoh, umum popular, agama, computer internet, dsb.

Dalam membuat sebuah buku, boleh menggunakan beberapa cara, sesuai dengan selera. Misalkan

-          Satu buku ditulis oleh satu penulis

-          Satubuku buku ditulis oleh lebih dari satu penulis

-          Satu buku yang diterbitkan oleh kerjasama dengan banyak lembaga

-          Satu buku yang diterbitkan kerjasama antara penerbit dengan lembaga khusus

-          Satu buku ditulis konsorsium penulis. Semacam buku antologi.

Kedua, Kirimkanlah Naskah yang pasti laku di pasaran. 

Penerbit itu adalah lembaga profitable artinya lembaga atau perusahaan yang mencari keuntungan guna bertahan hidup, membayar karyawan, perawatan peralatan dsb. Jadi jika ingin naskahnya diterbitkan oleh penerbit mayor, seorang penulis harus memperhatikan peluang pasar dan menetapkan tujuan yang jelas.

Jika ada satu buah proyek buku siapakah yang mendapat keuntungan paling besar ? lebih sederhana dipaparkan bahwa toko buku keuntungannya bisa sampai 30-40 %, penulis 5-10 %, biaya ongkos produk, promosi, dll. maka penerbit hanya dapat sisa  keuntungan sekitar 2-3 %. Itupun dengan menanggung resiko jika buku tidak laku, maka kerugian ditanggung oleh penerbit.

Ekosistem Penerbitan terdiri dari 4 bagian

1.       Penerbit, contohnya Penerbit  Andi

2.       Penyalur, contonya toko buku

3.       Pembaca, target pasar

4.       Penulis   


[    Mengapa budaya literasi Indoneisa kalah dengan Negara-negara lain ? Penyebabnya adalah

1.       Minat baca rendah

Orang Indonesia lebih  suka menonton dari pada membaca, oleh karena itu TV, Youtube sangat laris di Indonesia.

2.       Minat Tulis  kurang

Orang Indonesia lebih suka mengobrol daripada menulis. Jika mengobrol meskipun seharian kuat, namun jika sudah diberi tugas menulis, maka akan terpatah-patah tulisannya. Orang yang minat bacanya tinggi, maka ia akan bisa menulis  dengan baik.

3.       Apresiasi Hak cipta

Di Indonesia Apresiasi terhadap hak cipta seseorang sangat minim sekali. Buku-buku yang laris dipasaran dengan cepat akan dibajak dan diedarkan pada publik melalui email, WA dsb. Mental dan budaya orang indonesia perlu dibenahi agar lebih menghargai hasil karya orang lain.


 Ketiga, ikuti alur/Proses Naskah menjadi buku

Penulis yang sudah mempunyai naskah cukup mengirimkan kepada penerbit. Penerbit akan menilai dengan kriteria tulisan tersebut akan menguntungkan apa tidak bagi penerbit. Jika menguntungkan penerbit, maka penerbit akan menyurati penulis yang menyatakan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan menjadi sebuah buku serta meminta penulis untuk mengirimkan softcopy serta menandatangani surat perjanjian. selanjutnya diproses tingkat awal yaitu pengeditan dan penyetingan oleh penerbit. Pada tahapan berikutnya yaitu membuat cover dan dami (buku cetakan hanya satu yang menyerupai buku asli yang akan dicetak) dikirimkan kepada penulis untuk koreksi akhir (proof) agar tidak terjadi kesalahan yang fatal setelah dicetak Film. setelah dikoreksi dikembalikan kepada penerbit untuk cetak Film dan diedarkan ke seluruh indonesia. 



Keempat, memilih penerbit yang baik untuk menerbitkan buku. 

Point utama dalam memilih penerbit yang baik adalah  penerbit tersebut harus mempunyai jaringan pemasaran nasional serta jujur dalam pembayaran royalty kepada penulis. Di bawah ini ciri-ciri penerbit yang baik dan penerbit yang perlu di waspadai.

Ciri-ciri penerbit yang baik

1.       Memiliki visi dan misi yang jelas

2.       Memiliki business core lini produk tertentu

3.       Pengalaman penerbit

4.       Jaringan pemasaran

5.       Memiliki percetakan sendiri

6.       Keberanian mencetak jumlah eksemplar

7.       Kejujuran dalam pembayaran royalti

Adapun ciri-ciri penerbit yang perlu diwaspadai adalah

1.       Hanya bertindak sebagai broker naskah

2.       Alamat tidak jelas

3.       Tidak ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik

4.       Tidak memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri

5.       Tidak memililki percetakan sendiri

6.       Prosentase royalty tidak wajar

7.       Laporan keuangan tidak jelas 

Kelima, sistem Penilaian di Perbitan.

Agar diterima naskah oleh penerbit mayor, maka perlu memperhatikan bobot dalam penilaian penerbitan, terutama dalam peluang potensi pasar bisa mencapai 50-100%. Setelah itu reputasi penulis antara 10-100%. Keilmuan berbobot 30% dan yang paling rendah adalah editor berbobot 10%.

Keenam, Kategori Naskah yang akan diterbitkan

-          Tema tak populer –penulis populer

-          Tema tak popular – penulis tak popular

-          Tema Populer – penulis tak popular

-          Tema popular – penulis popular

Kategori yang keempat adalah kategori yang paling disukai oleh penerbit, yaitu Tema Populer dan Penulis Populer. Namun bagi penulis pemula janganlah berkecil hati. Agar tulisannya dipilih oleh penerbit mayor, maka pilihlah tema yang popular. Bagaimana cara agar kita mengetahui tema itu popular ?... yaitu dengan menggunakan aplikasi Google Trends.

Dari Google Trends kita bisa mengetahui apakah tema yang kta punya sudah popular atau tidak. selain itu pemasaran terbanyak dapat diketahui juga karena minat dari masing-masing daerah berbeda. Hal ini sangat membantu dalam penentuan eksemplar buku yang akan dicetak dan dipasarkan.

selain hal tersebut di atas yang tak kalah pentingnya perlu diperhatikan kwadran kategori naskah . Biasanya penerbit mayor menyukai ”market lebar dan life cyclenya panjang” misal seperti kamus, ensklopedia. sedang bagi penulis pemula yang baik untuk diikuti adalah “market lebar dan life cycle pendek” seperti buku-buku teknologi. Sedangkan kwadran yang lain yaitu “market sempit dan life cycle panjang” juga  “market sempit dan life cycle pendek”

Kategori Penulis yaitu

1.       Penulis berfikir idealis

Biasanya penulis idealis tidak begitu memikirkan kebutuhan pasar, yang dipikirkan kesempurnaan karya sehingga imbalan finansial tidak begitu diperhitungkan juga penulis tidak suka ada campur tangan pihak lain.

2.       Penulis berfikir industrialis

Penulis sangat memperhatikan kebutuhan pasar, imbalan financial adalah tujuan utamanya. Jika ada intervensi dari pihak lain diterima dengan lapang dada dan produktivitas lebih didahulukan daripada kesempurnaan karya.

3.       Penulis berfikir idealis-industrialis

Penulis tetap memperhatikan kebutuhan pasar, namun punya karakter sendiri. Kokoh pendirian dengan tetap mempertimbangkan masukan dari pihak lain. Imbalan financial tetap diharapkan dengan memperhatikan kualitas. Jadi antara karya dan produktifita menjadi seimbang. Nah, kategori inilah yang disukai oleh penerbit mayor.

Kadangkala penerbit juga dibenturkan pada level materi dan lebar pasar . Jika jumlah konsumen sedikit dan jumlah penulis sedikit disebut  Advance. Pada level tengah yaitu jumlah konsumen sedang/ menengah dan jumlah penu[lis juga sedang atau menenngah maka diebut Intermediate. Sedangkan level yang paling lebar yaitu Beginner jika jumlah konsumen besar dan jumlah penulis juga besar.

Kiat dan saran bagi penulis yang ingin diterbitkan bukunya oleh penerbit mayor yaitu menulislah buku yang memang dibutuhkan oleh masyarakat dijaman sekarang, hindari plagiasi dan perhatikan kualitas buku.

 Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tidak mati, perpanjanglah dengan berusaha mengirimkan pada penerbit, dicetak dan disebarkan  keseluruh pelosok negeri hingga menjadi manfaat bagi insan di muka bumi. 

Salam literasi

Siti chotijah

 

Resume ke         12

Gelombang        18

Tema     Penerbit Mayor

Nara sumber      Bapak Joko Irawan Mumpuni





















































1. 

Komentar