MENTAL DAN NALURI PENULIS
MENTAL DAN NALURI PENULIS
Mental dan teknik
menulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Mengapa
demikian? Karena Teknik yang bagus dan mental yang kokoh akan melahirkan sebuah
tulisan yang punya ruh “hidup”.
Teknik ini menyangkut
“raga” atau ketrampilan seseorang dalam memilih kosakata, membuat outline, Pemahaman
terhadap gagasan utama serta berbagai jenis tulisan dan pengetahuan lain yang
bersifat teknis.
Sedangkan mental penulis
merujuk pada kondisi “psikologis” atau batin si penulis itu sendiri. Terdiri
dari apa saja mental seorang penulis itu?.
1. Siap
Konsisten
Menulis versi dulu atau versi sekarang
2. Siap
dikritik
Kritik positif atau negative
3. Siap
belajar
Lakukan riset dan tambah bacaan
4. Siap
ditolak
Media dan penerbit
5. Siap
menjadi unik
Jadilah diri sendiri
Dilihat dari
keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu :
1. Dying
Writer
Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb). Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.
2. Dead
Man
Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.
3. Sick
people
Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Tipe ketiga adalah Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.
4. Alive
Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan
senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya
bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli"
menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli
ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali
mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan.
Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam
menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Yang paling
kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya
tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk
kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis.
Untuk bisa menjadi Alive ini kita harus tetap konsisten dalam menulis.
Tak kalah pentingnya “naluri” yang dimiliki
seorang penulis. Orang yang memiliki
naluri penulis akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Apapun
yang dilihat dan dirasakan membuatnya bergerak untuk menulis. Ada banjir yang
melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi, ada lagu
syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Ini adalah contoh naluri penulis.
Intinya adalah bagaimana kita mengenali diri kita dan lingkungan maka kita tuangkan dalam bentuk tulisan
sehingga karya-karya yang kita buat akan mengasah naluri penulis dalam diri
kita.
Hasil kuesioner dari
pertanyaan "Apa yang Anda takutkan ketika menulis/mempublish
tulisan?"Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa
dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu :
1. Takut terkait teknik
penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan
penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain
yang sejenis)
2. Ketakutan yang
berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh,
diejek, tidak dibaca, dsb.
Sedangkan 3 orang
lainnya menyatakan tidak memiliki ketakutan.
Bisa kita lihat dari hasil kuosioner di atas bahwa masih banyak mental dan naluri penulis yang perlu dilatih dan diasah.
Jadi dapat disimpulkan
keterkaitan mental dan naluri penulis di sini bahwa mental yang kokoh harus diiringi
dengan teknik menulis yang bagus serta selalu mengasah naluri secara konsisten
akan menghasilkan sebuah tulisan/ karya yang luar biasa.
Pertemuan ke 9
Pukul : 13.00 wib
Nara sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.
Tema : Mental dan Naluri Penulis
Moderator : Aam Nyrhasanah
Gelombang ke 18
Mantaaap resumenya bu👍👍
BalasHapusTrimkasih sudah mampir Bu.
Hapus👍🏻👍🏻👍🏻 tinggal sedikit penyesuaian di ukuran huruf agar lebih nyaman dibaca (tidak sebagian paragraf hurufnya besar sebagian lainnya kecil).
BalasHapusKemudian di bagian "Tipe ketiga adalah Mereka ..." sepertinya ada kata yang hilang.
Tetap semangat menulis!
Terimakasih atas koreksinya Bu.. Insy, saya perbaiki lagi.
BalasHapusTrimkasih krtikanx B Ditta.. suap utk lebih baik lagi
BalasHapusResumenya lengkap 👍👍
BalasHapusMantap bu..👍😊
BalasHapus