MENTAL DAN NALURI PENULIS

 


MENTAL DAN NALURI PENULIS


"mental" adalah tabiat atau sifat bathin manusia yang mempengaruhi segala perilaku atau budi pekerti. Sedang “naluri” adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu (KBBI). Berkenaan dengan tema yang akan disampaikan adalah Mental dan Naluri Penulis, maka menulis erat hubungannya dengan psikologi seseorang.

Mental dan teknik menulis   adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Mengapa demikian? Karena Teknik yang bagus dan mental yang kokoh akan melahirkan sebuah tulisan yang punya ruh “hidup”.

Teknik ini menyangkut “raga” atau ketrampilan seseorang dalam memilih kosakata, membuat outline, Pemahaman terhadap gagasan utama serta berbagai jenis tulisan dan pengetahuan lain yang bersifat teknis.

Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi “psikologis” atau batin si penulis itu sendiri. Terdiri dari apa saja mental seorang penulis itu?.

1.    Siap Konsisten

Menulis versi dulu atau versi sekarang

2.    Siap dikritik

Kritik positif  atau negative

3.    Siap belajar

Lakukan riset dan tambah bacaan

4.    Siap ditolak

Media dan penerbit

5.    Siap menjadi unik

Jadilah diri sendiri

Dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu :


1.    Dying Writer

Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb).  Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.  Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.

2.    Dead Man

Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni. 

3.    Sick people

Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Tipe ketiga adalah  Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya. 

4.    Alive

Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis. Untuk bisa menjadi Alive ini kita harus tetap konsisten dalam menulis.

Tak kalah pentingnya “naluri”  yang  dimiliki seorang  penulis. Orang yang memiliki naluri penulis akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga  bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Apapun yang dilihat dan dirasakan membuatnya bergerak untuk menulis. Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi, ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Ini adalah contoh naluri penulis.

Intinya adalah bagaimana kita mengenali diri kita dan lingkungan maka kita tuangkan dalam bentuk tulisan sehingga karya-karya yang kita buat akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

Hasil kuesioner dari pertanyaan "Apa yang Anda takutkan ketika menulis/mempublish tulisan?"Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu :

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

Sedangkan 3 orang lainnya menyatakan tidak memiliki ketakutan.

Bisa kita lihat dari hasil kuosioner di atas bahwa masih banyak mental dan naluri penulis yang perlu dilatih dan diasah.  

Jadi dapat disimpulkan keterkaitan mental dan naluri penulis di sini bahwa mental yang kokoh harus diiringi dengan teknik menulis yang bagus serta selalu mengasah naluri secara konsisten akan menghasilkan sebuah tulisan/ karya yang luar biasa.


Seorang penulis harus menetapkan niat, target dan tujuan menulis. Ketahui manfaat dari kita menulis serta kenali kekuatan dan kelemahan diri kita sendiri “Knowing Your Self”.

Pemaparan yang luar biasa ini dipaparkan oleh seorang nara sumber cantik bernama Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Riwayat pendidikan dimulai di SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002), SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005), SMAN 1 Purwakarta (2005-2008), Pendidikan Kimia UPI (2008-2012), PPG Daljab A3 UNM (2020). Beliau sudah menghasilkan 3 karya buku solo dan beberapa karya buku antologi serta sederet prestasi dan penghargaan serta pengalaman yang diraihnya. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi.

Salah satu mengelola rasa takut adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan.

Kita tak kan pernah membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya.

Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!" 

Salam Literasi
Siti Chotijah

Pertemuan ke 9

Pukul : 13.00 wib

Nara sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.

Tema : Mental dan Naluri Penulis

Moderator : Aam Nyrhasanah

Gelombang ke 18

Komentar

  1. 👍🏻👍🏻👍🏻 tinggal sedikit penyesuaian di ukuran huruf agar lebih nyaman dibaca (tidak sebagian paragraf hurufnya besar sebagian lainnya kecil).

    Kemudian di bagian "Tipe ketiga adalah Mereka ..." sepertinya ada kata yang hilang.

    Tetap semangat menulis!

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas koreksinya Bu.. Insy, saya perbaiki lagi.

    BalasHapus
  3. Trimkasih krtikanx B Ditta.. suap utk lebih baik lagi

    BalasHapus

Posting Komentar